Sunday, November 19, 2006
GEOGRAFIS INDRAMAYU
Kabupaten Indramayu
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Langsung ke: panduan arah, cari
Kabupaten Indramayu
Lambang Kabupaten Indramayu
Gambar:Locator_kabupaten_indramayu.png
Peta lokasi Kabupaten Indramayu
Motto REMAJA (Religius, Maju, Sejahtera)
Provinsi Jawa Barat
Ibu kota Indramayu
Luas 2.000,99 km²
Koordinat 107"51'-108"36' Bujur Timur dan 6"15' - 6"40' LIntang Selatan
Penduduk
· Jumlah 1.749.000 (2003)
· Kepadatan 874 jiwa/km²
Pembagian administratif
· Kecamatan 31
· Desa/kelurahan -
Dasar hukum -
Tanggal 7 Oktober 1527
Bupati Irianto M.S. Syafiuddin
Kode area telepon 0234
APBD {{{apbd}}}
DAU Rp. -
Situs web resmi: indramayu.go.id
Kabupaten Indramayu, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Indramayu. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang, serta Kabupaten Subang di barat.
Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Indramayu, yang berada di pesisir Laut Jawa.
Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni salah satu jalur terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa, dengan stasiun terbesar di Jatibarang.
Penduduk Indramayu di wilayah pesisir pada umumnya menggunakan Bahasa Indramayu Mirip Dialek Cirebon pada kehidupan sehari-hari, dan mereka menyebutnya dialek Dermayon. Sedangkan di bagian selatan, menggunakan Bahasa Sunda.
KERAJINAN INDRAMAYU
Dara Kipu
The neighbouring area of Indramayu is a fishing community and was an important harbour on the north coast of Java often called at by foreign ships as well as vessels plying between the islands of the Indonesian archipelago.
Batiking was done by by the wives of fishermen from the villages around Indramayu. They batiked when their husbands were away at sea, in order to supplement their incomes.
For this reason they did not wish to make batik that would take too much time to complete. They used a large canting on plain cloth, and had hardly any filling on their batiks.
To fill the empty space, they made cocohan (tiny dots) with an ustensil called the complongan shaped like a comb with fine needles used to penetrate the cloth already covered with wax. After deying, the dots take on the color of the dye. In its simplicity Dermayon batik has its own special attraction